Surat Maryam, ayat : 56 - 57
Bismiillaahir Rahmaanir Rahiimi
"Wadazkur fil kitaabi Idriisa innahuu kaana shiddiqan nabiyyan, wa fafa'naahu makaanan 'aliyyan”
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
"Ingatlah olehmu dalam kitab (cerita) Idris. Sesungguhnya dia itu seorang yang sangat benar dan seorang nabi: kami telah mengangkatnya pada kedudukan yang tinggi".
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Abi Hurairah radhiyallaahu'“anhu bahwa dia mengatakan, bahwa Nabi'alaihish shalaatu wassalam bersabda :
"Shalluu “alan anbiyaa-iilaahi ta'aalaa wa rusulihi fainnahu ba'atsahum kamaa ba'atsanii".
“Bacakanlah olehmu sekalian akan shalawat untuk para nabi dan Para rusul Allah ta“aalaa, karena sesungguhnya Allah ta'aalaa telah mengutus mereka sebagaimana Dia telah mengutus saya”.
Diriwayatkan juga bahwa Allah ta'aalaa telah memberikan wahyu kepada Nabi Musa 'alaihis salam demikian:
"Apakah engkau mau agar Aku lebih dekat kepadamu dari pada kata katamu kepada lisanmu, dari ruhmu kepada badanmu, dari cahaya penglihatamu kepada dua matamu dan dari pada pendengaranmu kepada telingamu ?. Maka perbanyaklah membaca shalawat untuk Muhammad”,
Ditinjau dari segi mas-alah syari'at, maka para Ulama sama berselisih.
Kata shaahibusy syifaa-/Penulis kitab AsySyifaa-i:"Para Ahli ilmu sependapat: bahwa membaca shalawat untuk selain Nabi itu boleh".
Ibnu Abas radhiyallahu 'anhu berkata : "Membaca shalawat untuk selain Nabi itu tidak boleh”. Diapun berkara : "Tidak sayogya membaca shalawat untuk seseorang kecuali untuk para Nabi".
Perbedaan pendapat dalam mas-alah tersebut memang banyak. Tidak ada halangan membaca shalawat untuk para nabi dan untuk selain mereka.
Hal itu berdalil dengan hadits Ibnu Umar radhayallaahu 'anhumaa dan dengan hadits Nabi'alaihish shalaatu wassalam yang mengajarkan dan didalamnya juga terdapat shalawat untuk para isterinya dan para keluarganya.
Sabda Nabi'alaihish shalaatu wassalam: ,” Allahumma shalli “alaa aali Abii Aufaa"
"Yaa Ailah, tambahkanlah shalawat untuk keluarga Abi Aufaa'"
Dan adalah Rasulullah shallallaahu “alaihish shalaatu wassalam bila ada kaum yang datang kepadanya dengan membawa shadaqah/ hadiah maka beliau bersabda:
Allahumma shalli “alaa aali fulaanin”
"Yaa Allah tambahkanlah shalawat untuk keluarga fulan”.
Dalam sebuah hadits mengenai shalawat disebutkan :
» Allahumma shalli “alaa Muhammadin wa 'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi" "yaa Allah, tambahkanlah shalawat untuk Muhammad, dan untuk para isterinya serta untuk anak cucunya". (Min Syifaa-i Gaadhii)
Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kata "aali" ialah "para pengikutnya": ada yang mengatakan "umatnya", ada yang mengatakan "keluarga dalam rumahnya": dan dikatakan pula "aalur rajuli"” ialah "anaknya", dan ada yang mengatakan "kaumnya" dan ada yang mengatakan pula "keluarganya yang diharamkan menerima shadaqah”. Didalam riwayat Anas, bahwa Nabi 'alaihish shalaatu wassalam telah ditanya:”Siapakah yang dimaksud dengan keluarga Muhammad ?”, Beliau menjawab:"Tiap tiap orang yang bertagwa".
Menurut madzhad Al Hasan bahwa yang dimaksud dengan"aalu Muhammad" ialah diri beliau sendiri. Karena beliau “alaihish shalaatu wassalam telah membaca dalam shalawatnya demikian:
"Allahummaj' al shalawaatika wa barakaatika'alaa aali Muhammad”
"Yaa Allah jadikanlah semua tambahan shalawatMu dan semua tambahan berkahMu untuk keluarga Muhammad”. Yang dimaksud disini ialah untuk diri pribadinya sendiri yang mulia. (Syifaa-un Syariifun)
Dalam sebuah Hadits dikatakan:
"Apabila Allah ta'aalaa menghendaki akan mencabut jiwa seorang mu-min, maka datanglah Malaikat Pencabut nyawa dari arah mulut simukmin itu untuk mencabut jiwanya. Maka keluarlah dzikir dari mulutnya seraya berkata : "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini, sebab sesungguhnya simukmin ini telah membuat lisan ini untuk jalan dzikir kepada Tuhanku. Malaikatpun kembali kepada Tuhannya dan mengatakan :” demikian demikian”
Maka Allah ta'aalaa berfirman:”cabutlah dari arah lain"!.
Malaikatpun mendatangi dari arah tangan. Maka keluarlah dari tangan itu sadaqah, usapan terhadap kepala anak yatim penulisan ilmu Pengetahuan dan pukulan dengan pedang dan tangan itu berkata seperti yang pertama (lisan), kemudian Malaikat itu datang kepada kaki dan kaki pun berkata seperti yang pertama:”Sungguh dia telah berjalan dengan aku (kaki) untuk mendatangi shalat berjama'ah, beberapa shalat hari Raya dan unuk mendatangi pengajian pengajian". Kemudian Malaikat datang dari arah telinga. Telingapun berkara seperti yang pertama : “Sungguh dia telah mendengarkan Al-Our'an dan zikir dengan aku (telinga). Lalu Malaikat datang dari arah mata: dan meta pun barkata seperti yang pertama : "Sungguh dia telah menggunakan aku (mata) antuk melihat beberapa mush-haf dan beberapa kitab"
Kemudian Malaikat Pencabut Nyawa itu kembali kepada Allah ta'aalaa dan berkata: “Yaa Tuhanku, sungguh aku telah dikalahkah oleh alasan alasan anggota badan hamba yang beriman, maka bagaimana aku bisa mencabut ruhnya?.
Maka Allah ta'aalaa berfirman:" Tulislah asmaku ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada ruhnya orang yang beriman".
Maka ruh orang yang beriman itu melihatnya, dan cinta kepadanya kemudian keluar dari arah mulutnya".
Indah berkah asma Allah, sehingga hilanglah rasa sakit dicabutnya nyawa, maka bagaimana tidak akan hilang dan terhapus pula siksa, derita dan resikonya?. .
Dan demikian pula didalam dada kamu sekalian yang terdapat asma Allah
Mereka itulah yang telah ditulis/dipastikan (oleh Allah) didalam hatinya akan iman-Adakahorang yang telah dilapangkan dadanya oleh allah terhadap Islam, sehingga dia itu mendapatkan cahaya dari tuhannya (sama dengan orang yang keras hatinya?)
Apakah yang demikian itu tidak menghapuskan dari kamu sekalian akan siksa dan segala macam resiko hari Qiamat ?
sabda Nabs'alahish shalaaru wassalam:
“Wa yakhruju ruuhul mumini min jasadihi kamaa yakhrujusy Sya' ru minal 'ajiin”
“Jiwa orang yang beriman itu keluar dari jasadnya sebagaimana rambut yang keluar dari adukan bahan roti”
Maka Ahli ma'rifat tadi menyelesaikan membaca Al Qur-an dengan meneliti pengertiannya dan dia tidak menjumpainya
Pada suatu malam dia tertidur dan mimpi berjumpa dengan Nabi 'alaihish shalaatu wassalam: maka dia bertanya : “Wahai Rasulullah,
Allah ta'aalaa telah berfirman :
tidak ada sesuatu yang basah maupun yang kering kecuali dia tercantum didalam kitab yang nyata/Al Our-an".
Dan saya tidak mendapatkan arti hadits tersebut didalam Al Our-an.
Kata Rasulullaah : “Carilah disurat Yusuf!”
Ketika dia terbangun dari tidurnya, maka dia membaca surat Yusuf itu dan dia dapatkan firman Allah ta'aalaa :
"Wa qaalat ukhruj 'alaihinna, fa lammaa ra-ainahu akbarnahu wa qaththa ' na aidiyahunna"
“Kata (Imra-atul "“Aziiz) : "Keluarlah (hai Yusuf) kepada mereka”. Maka ketika mereka itu melihatnya membesarkannya (tercengang) dan mereka memotong motong tangan mereka “sendiri”. Ketika mereka melihat kebagusan paras Nabi Yusuf, mereka tertegun kagum kepadanya dan mereka tidak merasakan sakit tersayat sayatnya tangan mereka sendiri.
Demikian juga seorang mu-min bilamana melihat Malaikat dan melihat pula tempatnya didalarm ”sorga beserta isinya dari bermacam macam keni' matan, bidadari, berbagai istana, maka hatinya tertegun kagum kepadanya dan tidak merasakan rasa sakit mati - in syaa allahu ta' aalaa.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah ta'aalaa :
“Tatanazzalu 'alaihimul malaa-ikatu allaa takhaafuu wa laa tahzanuu wa absyiruu bil jannatil latii kuntum tuu' aduuna"
“Turunlah para Malaikat kepada mereka (dan berkata) : Janganlah kamu sekalian takut dan susah, bahkan bergembiralah kamu sekalian dengan sorga yang telah dijanjikan kepada kamu". (As - Sajadah 30) (Syara' atul Islam)
Dalam sebuah hadits diterangkan : "Apabila seorang hamba sudah sampai pada waktu naza' (ruhnya akan tercabut) maka ada suara yang menyeru : "Tinggalkan dia dahulu sehingga bisa beristirahat: demikian juga tetkala ruh itu sampai pada dua lututnya dan pada pusatnya, dan tatkala sampai pada dadanya, ada suara berseru lagi : "Tinggalkan dahulu sehingga dia bisa beristirahat”. Demikian juga ketika ruh itu sampai pada tenggorokan, ada suara berseru lagi : "Tinggalkan dahulu, sehingga semua anggautanya saling berpesan satu sama lainnya.
Maka mata berpesan kepada mata yang satunya dengan ucapan : "Assalaamu 'alaikum ilaa yaumil Oiyaamati"— "Selamat berpisah sampai hari Oiyamat”.
Demikian juga dua telinga, dua tangan, dua kaki dan jiwapun berpesan serta pamit kepada badannya.
Kita berlindung diri kepada Allah ta'aalaa dari iman yang pamit dari lisan dan dari hati dan dari ma' rifat kepada Allah.
Maka dua tangan dan dua kaki sudah tidak ada geraknya lagi, dua mata tidak mempunyai daya lihat, dua telinga tidak mempunyai , daya dengar dan badanpun sudah tidak berjiwa lagi. ,
Kalau lisan tidak mempunyai igrar (iman) dan hati tidak ber ma'rifat dan tidak mempunyai pernyataan tasdig/membenarkan, maka bagaimana keadaan orang yang didalam liang lahat, sudah tidak bisa melihat orang lagi, tidak melihat ayah, tidak melihat ibu, tidak melihat anak, tidak melihat saudara, tidak melihat handai taulan, tidak melihat tempat tidur dan aling aling, maka kalau dia tidak bisa melihat Tuhan Yang Maha Mulia, sungguh dia rugi sangat besar".
Dikatakan bahwa sebab dirafa' nya atau diangkatnya Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam kesorga ialah karena setiap hari dan setiap malam dia mempunyai amal yang dirafa' /diterima sebanyak amal penduduk bumi.
Maka Malaikat pencabut jiwa menjadi cinta dan rindu sekali kepadanya. Kemudian Malaikat itu minta izin kepada Allah ta' aalaa agar supaya diperbolehkan mengunjungi Nabi Idris. Dan Allahpun memberi izin. Malaikat itupun datang kepadanya dengan berbentuk Seperti manusia biasa dan memberi salam kepada Nabi Idris lalu duduk disampingnya.
Nabi Idris dikala itu sedang mengerjakan puasa sepanjang masa/setahun.
Maka setiap menjelang waktu berbuka ada Malaikat yang datang dengan membawa makanan dari sorga. Dan Nabi Idrispun makan makanan itu serta mempersilahkan Malaikat itu agar supaya mau makan bersamanya. Namun Malaikat itu tidak mau.
Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam berdiri dan tekun mengerjakan ibadah, sedang Malaikat itu menanti duduk disampingnya, sehingga terbit fajar dan terbit pula Mata hari dan orang laki laki/Malaikat itu masih tetap duduk disampingnya.
Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam kagum dan berkata : "Hai laki laki, apakah engkau mau berjalan jalan bersamaku, agar kita bisa senang!"
Malaikat pencabut jiwa itu menjawab : "Yaa, mau".
Keduanya berdiri dan berjalan sehingga sampai disawah.
Kata Malaikat pencabut jiwa : "Apakah engkau mengizinkan aku mengambil dari tanaman ini beberapa tangkai untuk kita makan?"
Kata nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam : "Subhaanallaah, - Maha suci Allah, kemarin engkau tidak mau makan sesuatu yang halal dan hari ini engkau menghendaki makan yang haram".
Merekapun meneruskan perjalanan sampai empat hari lamanya, dan selama itu Nabi Idris melihat keanehan keanehan dari orang itu yang berbeda dengan kebiasaan orang orang lain.
Maka Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam bertanya kepadanya : "Siapakah sebenarnya engkau ini?"
Kata orang itu : "Saya adalah Malaikat pencabut jiwa".
Kata Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam :
"Apakah engkau yang mencabut jiwa jiwa manusia?"
Kata malaikat : "Yaa". |
Kata Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam :
“Selama empat hari engkan bersamaku, apakah engkau juga mencabut jiwa orang?”
Kaa Malakat itu : "Ya, saya telah mencabut beberapa jiwa: dan sesungguhnya jiwa mahluk itu bagi saya hanyalah seperti hidangan makan yang saya hadapi seperti engkau menghadapi sesuap saja",
Kata Nabi Idris 'ahhish shalaatu wassalam : "Hai Malaikat jiwa, apakah engkau datang ini untuk sekedar berkunjung, atau untuk mencabut jiwa saya?"
Kata Malaikat : "Saya datang hanya untuk berkunjung dengan mendapatkan izin dari Allah ta'aalaa".
Kara Nabi Idris 'alaihish shalaatu wasaalam : "Hai Malaikat pencabut jiwa, saya mempunyai hajat kepadamu". "
Kata Malaikat itu : "Apakah hajatmu?"
Kata Nabi Idris : "Hajat saya kepadamu ialah: agar supaya engkau mencabut jiwaku dan kemudian Allah ta'aalaa menghidupkan saya kembali sehingga saya akan bisa beribadah kepada Allah ta' aalaa sesudah saya merasakan sakitnya mati".
Kata Malaikat itu "Sungguh saya tidak mencabut jiwa seorangpun kecuai Allah telah mengizinkan".
Maka Allah ta'aalaa mernberikan wahyu : "Cabutlah jiwa Idris!"
Malaikatpun mencabut jiwa Nabi Idris pada saat itu juga. Dan Nabi Idris juga meninggal seketika.
Malaikat itu menangis dan merendahkan diri memohon kepada Allah ta'aalaa agar supaya Dia (Allah) menghidupkan temannya ya'ni Nabi Idris. : Allahpun mengabulkannya dan menghidupkan Nabi Idris kembali.
Kata Malaikat : "Hai Sdr., bagaimana engkau dapatkan rasanya mati”
Kata Nabi Idris : "Sungguh seperti binatang terkupas kulitnya dalam keadaan hidup, inikah rasa sakit mati itu melebihi dari padanya seribu kali lipat".
Kata Malaikat pencabut jiwa : “Cara hati hati dan halus yang saya lakukan pada waktu mencabut ruh engkau itu, belum pernah saya lakukan terhadap seorangpun sama sekali".
Kemudian Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam berkata ! "Hai Malaikat pencabut jiwa, saya punya hajat juga kepadamu yaitu: bahwa saya ingin melihat neraka Jahannam, sehingga saya menyembah Alah ta'aalaa sesudah saya melihat belenggu tangan, belenggu dan apa apa yang ada didalam neraka",
Kata Malaiakat pencabut jiwa : "Bagaimana saya bisa pergi keneraka Jahanam tanpa izin dari Allah?”
Maka Allah ta'aalaa memberikan wahyu kepada Malaikat pencabut jiwa itu dengan firmanNya : "Pergilan engkau keneraka Jahanam bersama dengan Idris!"
Malaikat pencabut jiwapun pergi keneraka Jahannam bersama dengan Nabi Idris. Dan Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassalam di neraka Jahannam itu melihat segala macam yang diciptakan oleh Allah ta'aalaa untuk musuh musuhNya dari beberapa rantai, belenggu dan berbagai belenggu tangan dan leher dari ular, kolojengking, api, kayu garu, kayu Zakum (pohon makanan ahli neraka yang dimakan tidak bisa menyebabkan kenyang) dan air yang mendidih".
Kemudian keduanya kembali.
Kata Nabi idris 'alaihish shalaatu wassalam : "Saya punya hajat yang lain kepadamu yaitu agar supaya engkau pergi mengajakku kesorga sehingga saya melihat apa apa yang telah diciptakan oleh Allah ta'aalaa didalamnya untuk para hambanya dan saya akan bertambah taat”.
Kata Malaikat pencabut jiwa : "Bagaimana saya akan bisa pergi bersamamu kedalam sorga tanpa izin Allah ta' aalaa?”
Maka Allah ta' aalaa memberi wahyu kepada Malaikat itu : "Pergilah engkau bersama dengan Nabi Idris kedalam sorga!"
Keduanyapun pergi dan berhenti dipintu sorga.
Nabi Idris melihat didalamnya dari keni' matan, kerajaan yang besar, anugerah yang banyak, tanam tanaman dan buah buahan yang bermacam macam.
Kata Nabi Idris ' alaihish shalaatu wassalam :
"Hai Sdr, pencabut jiwa, saya telah merasakan sakitnya mati dan saya telah melihat pula segala macam resiko didalam neraka beserta siksanya, maka sudilah kiranya engkau mohon kepada Allah ta'aalaa agar supaya Dia (Allah) berkenan mengizinkan saya masuk kedalam sorga dan minum airnya agar supaya hilang rasa sakit mati dari saya dan terhindar pula dari siksa neraka Jahannam".
Malaikat mohon izin kepada Allah ta'aalaa dan Allah juga memberikan izin kepadanya masuk sorga dan kemudian keluar lagi.
Maka Nabi Idris masuk kedalam sorga dan meletakkan dua sandalnya dibawah sebatang pohon dari beberapa pohon sorga. Dan dia (Nabi Idris) keluar dari sorga kemudian berkata : "Hai Malaikat pencabut jiwa, sandal saya telah tertinggal didalam sorga, maka kembalikanlah saya kedalamnya!"
Nabi Idris 'alaihinh ahaluntu wassalam, masuk lagi kesorga dan tidak mau keluar,
Malaikat pencabut jiwa berteriak t "Hai Nabi Idris, keluarlah!”
Kata Nabi Idris 'alaihiah shalaatu wassalam "Saya tidak mau keluar, karena Allah ta'aalaa telah berfirman
"Kullu nafsin dzan-iqatul mauti"
"Tiap tiap orang Itu merasakan mati", dan sungguh saya telah merasakan mati".
Dan firman Allah :
"Wa In minkum illaa waariduhaa'
"Tidak ada dari antara kamu kecuali dia memasukinya”, dan sungguh saya sudah pernah masuk neraka: dan Allahpun berfirman :
"Wa maahum bimukhrajiina”
"Dan tidaklah mereka itu dikeluarkan dari padanya"
"Siapakah yang mengeluarkan saya dari padanya?"
Maka Allah ta'aalaa telah memberi wahyu kepada Malaikat pencabut jiwa : "Tinggalkanlah dia (Idris), sesungguhnya Aku telah memutuskan dizaman azali, bahwa sesungguhnya dia termasuk ahli dan keluarga Sorga". ,
Dan Allah ta'aalaa telah menceritakan kepada RasulNya akan kisah Nabi Idris 'alaihish shalaatu wassala dengan firmanNya :
"Wadzkur fil kitaabi Idriisa”,
"Dan tuturkanlah didalam kitab akan cerita Idris" Al aayah.
Saudara: sadarlah dari kelalaian dan dari lengah serta ikhlaskanlah amal perbuatanmu untuk Allah ta' aalaa saja: karena tiap tiap amal perbuatan yang tidak di ikhlaskan untuk Allah ta'aalaa, maka dia termasuk perbuatan riya (perbuatan yang hanya utuk dilihat dan dipuji manusia) dan riya itu adalah syirik/penyekutuan yang Samar dan Allah tidak akan menerima amal perbuatan orang yang berbuat riya.
Kata Syidad bin Ausin : "Saya melihat Nabi Muhammad 'alaihish shalaatu wassalam sedang menangis. Maka saya bertanya : "Mengapa engkau menangis wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab : "Saya khawatir terhadap umatku akan perbuatan syirik. Ketahuilah bahwa mereka itu tidak menyembah berhala, akan " tetapi mereka sama berlaku riya dengan amal perbuatan mereka".
Kata Nabi 'alaihish shalaatu wassalam : "Dan naiklah para Malaikat Penjaga dengan membawa amal perbuatan para hamba dari puasanya, shalatnya, dermanya dan lain lainnya, dan para Malaikat itu mempunyai suara seperti suara lebah dan mempunyai sinar seperti Sinar matahari dan bersama mereka itu tiga ribu Malaikat dan mereka membawa orang itu melewati langit yang ketujuh.
Kata Malaikat yang diserahi langit kepada para Malaika Hafazdah (penjaga) : "berdirilah kamu sekalian dan pukulkanlah amal perbuatan ini kepada wajah pemiliknya/pelakunya dan semua anggautanya Serta tutuplah hatinya, sungguh saya telah menghalangi, ya'ni menghalangi sampainya kepada Tuhan saya setiap amal perbuatan yang tidak dikehendaki untuk Tuhan saya dan hanya dikehendaki untuk selain Allah.
Dan karena dia hanya ingin ketinggian dan riya dikalangan para ahli fiqih, agar menjadi sebutan (disebut sebut) dikalangan para Ulama serta untuk memperoleh popular dikota kota dan dikalangan manusia, dan Allah Tuhan saya telah perintah agar supaya saya tidak membiyarkan dan tidak meninggalkan amalnya Melawati saya akan sampai kepada selain saya.
MALAIKAT Hafazdah membawa amalnya orang yang shalih dan kemudian diantarkan oleh para Malaikat dilangit sehingga terpotonglah/terbukalah semua aling aling dan sampai kepada Allah ta'aalaa. Mereka berhenti diharibaan Allah serta memberikan persaksian terhadap amalnya orang tersebut yang betul betul shalih dan ikhlas untuk Allah.
— Kemudian Allah ta'aalaa berfirman : "Kamu semua adalah para Malaikat Hafazdah (penjaga) pada amal amal perbuatan hamba saya, sedang Akulah yang mengawasi dan mengetahui hatinya, bahwa sesungguhnya dia menghendaki amal ini bukan untuk Aku, bahkan Untuk selain Aku. Maka baginya adalah la' natKu dan la' natnya para Malaikat dan la' nat segala sesuatu yang berada dilangit”.
Kata Mu'adz : "Saya berkata : "Wahai Rasulullah, Engkau adalah Rasulullah dan saya adalah Mu' adz”.
Kata Rasulullah : "Ikutilah hai Mu'adz, apabila didalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan, hai Mu'adz maka jagalah lisanmu terjatuh didalam ghibah terhadap saudara saudaramu/Muslimin, dengan membaca Al Our-an, dan tanggungiah dosamu sendiri untukmu sendiri dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada mereka. Jangan engkau mensucikan dirimu dengan mencela mereka serta jangan engkau tinggikan dirimu sendiri diatas mereka, jangan engkau masuk masukkan amal perbuatan dunia kedalam amal perbuatan akhirat, dan janganlah engkau menyombongkan diri pada kedudukanmu agar supaya orang orang takut kepada perangaimu yang tidak baik itu, jangan engkau membisiki seseorang sedangkan didekatmu ada orang lain, jangan engkau merasa tinggi dan mulia dari pada orang lain dan jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan ucapanmu, niscaya engkau akan dirobek robek oleh anjing anjing neraka dihari Qiyamat dineraka nantinya,
Firman Allah ta' aala :
"Wan naasyithaati nasythaa”
"Demi (bintang bintang) yang berpindah dari suatu buruj kepada buruj yang lain”.
Kata Rasulullah : "Tahukah engkau hai mu'adz, apakah itu?”
Kata saya (Mu' adz) : "Aduh hai, apakah itu, hai Rasulullah?”
Kata Rasulullah shallallaahu ' alaihi wasallama :
"Dia adalah anjing anjing didalam neraka yang akan merobek robek daging orang yang merobek robek daging orang (menyakiti hatinya) dengan lisannya, dan anjing itupun merobek serta menggigit tulangnya".
Kata Mu'adz : "Aduh hai Rasulullah, siapakah yang tahan kuat terhadap keadaan seperti itu, dan siapa yang akan bisa selamat dari padanya?"
Kata Rasulullah : "Sesungguhnya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah dimudahkan serta diringankan oleh Allah ta' aalaa",
Kata Khalid bin Migdad : "Saya tidak pernah melihat orang laki laki yang lebih banyak membaca Al Our-an melebihi Mu' adz terhadap hadits ini.
(Bidaayatul Hidaayah).
Posting Komentar